Oleh : Sobirin Malian
(Dosen Fakultas Hukum Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta)


Judul tulisan ini penulis ambil dari sebuah buku yang ditulis oleh Jeremie Kubicek (2011) “Leadership is Dead: How Influence is Reviving It” diterbitkan oleh Howard Book Amerika. Judul tulisan Kubicek itu bukan ingin mengatakan bahwa kepemimpinan itu sudah mati, melainkan dia ingin menyatakan bahwa kepemimpinan tradisional dalam beberapa hal sudah tidak efektif lagi di dunia modern sehingga perlu ada perubahan paradigma yang harus diubah sesuai zamannya.

Dalam konteks kita di Indonesia_khususnya pasca Pilkada Serentak – tentu ekspektasi dilekatkan sangat tinggi kepada para kepala daerah yang terpilih. Pertanyaannya, apakah ekspektasi itu akan terpenuhi ? Secara sekilas dan melihat pengalaman selama ini – para kepala daerah itu akan sangat sulit mewujudkan kepemimpinannya sesuai ekspektasi masyarakat. Mengapa ? Tentu bisa dilihat dari beberapa faktor, misalnya, pertama, dana yang dikeluarkan untuk memenangkan kontestasi pilkada tidaklah sedikit (sebagai modal) dan itu harus diganti. Kedua, program kerja yang akan dilaksanakan bahkan dijanjikan dalam kampanye tidak sedikit yang masih mengawang-awang sehingga untuk mewujudkannya “gap” yang dihadapi terlampau jauh. Dengan kata lain, sulit diwujudkan karena antara konsep dan realita besar sekali kendalanya, walaupun tetap mungkin diwujudkan.

Hal penting yang harus dicatat, Kubicek mengritik keras model kepemimpinan yang banyak berlaku saat ini yaitu fenomena di mana banyak pemimpin yang lebih fokus pada kepentingan pribadi dan meminta dilayani, bukan memimpin dan melayani rakyatnya.

Dalam konteks ini, Kubicek menyerukan agar pemimpin kembali ke esensi kepemimpinan yang sebenarnya, yaitu memimpin dan mengutamakan melayani warganya, bukan meminta dilayani. Kritik Kubicek ini sangat relevan dengan fenomena kepala daerah atau pemimpin di Indonesia. Oleh karena itu Kubicek menawarkan bahwa sebaiknya kepemimpinan dilakukan dengan efektif dan melayani dapat menjadi kunci untuk mencapai tujuan dan meningkatkan kinerja pemerintah daerah.

Bagaimana pun jika kita kaitkan dengan komitmen untuk mensejahterakan rakyat, maka kritik Jeremie Kubicek tentang kepemimpinan yang hanya meminta dilayani dan justru tidak melayani warganya menjadi sangat relevan.

Banyak pemimpin yang seharusnya memprioritaskan kepentingan rakyat dan mensejahterakan mereka, namun malah lebih fokus pada kepentingan pribadi dan meminta dilayani. Ini dapat menyebabkan kesenjangan antara rakyat dan pemimpin, serta menghambat kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam konteks ini, pemimpin yang efektif perlu memprioritaskan komitmen untuk menyejahterakan rakyat dan membangun hubungan yang kuat dengan masyarakat. Mereka perlu mendengarkan aspirasi rakyat, memahami kebutuhan mereka, dan bekerja untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Jika para pemimpin meninggalkan komitmen untuk menyejahterakan rakyat, maka dapat berdampak negatif pada masyarakat, seperti:
– Kesenjangan sosial dan ekonomi yang semakin besar
– Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin
– Kemajuan dan kesejahteraan masyarakat yang terhambat

Oleh karena itu, penting bagi para pemimpin untuk memahami esensi kepemimpinan yang sebenarnya dan memprioritaskan komitmen untuk menyejahterakan rakyat.

Pemikir dan penulis yang kurang kebih senafas dengan Jeremie Kubicek adalah Robert K. Greenleaf. Dia adalah seorang penulis dan pemikir Amerika yang dikenal sebagai bapak dari konsep “Servant Leadership” (Kepemimpinan yang Melayani). Ia percaya bahwa kepemimpinan yang efektif perlu memprioritaskan orang lain (terutama rakyat) dan membangun hubungan yang kuat dengan anggota tim.

Konsep Servant Leadership

Greenleaf memperkenalkan konsep Servant Leadership dalam esainya yang berjudul “The Servant as Leader” pada tahun 1970. Ia percaya bahwa kepemimpinan yang efektif perlu berfokus pada melayani orang lain dalam konteks kita warga masyarakat, bukan hanya memerintah atau mengarahkan.

Menurut Greenleaf, seorang pemimpin yang melayani perlu memiliki beberapa karakteristik, seperti:
1. Melayani warga masyarakat: Pemimpin perlu memprioritaskan kepentingan warga masyarakat dan membangun hubungan yang kuat dengan anggota tim pelaksana lapangan.
2. Mendengarkan: Pemimpin perlu mendengarkan aspirasi dan kebutuhan anggota tim pelaksana lapangan untuk memahami apa yang rakyat butuhkan.
3. Empati: Pemimpin perlu memiliki empati dan memahami perasaan anggota tim lapangan dan warga masyarakat.
4. Mengembangkan dan menumbuhkan potensi masyarakat: Pemimpin perlu membantu mengembangkan kemampuan dan menumbuhkan potensi masyarakat.

Prinsip-prinsip Servant Leadership

Greenleaf juga mengidentifikasi beberapa prinsip yang perlu diikuti oleh pemimpin yang melayani, seperti:

1. Mengutamakan kepentingan warga masyarakat: Pemimpin perlu memprioritaskan kepentingan warga masyarakat dan membangun hubungan yang kuat dengan anggota tim pelakasana lapangan.
2. Membangun kepercayaan: Pemimpin perlu membangun kepercayaan warga masyarakat melalui komunikasi yang terbuka dan jujur.
3. Mengembangkan kemampuan: Pemimpin perlu membantu mengembangkan kemampuan dan potensi warga masyarakat.

Dampak Servant Leadership

Servant Leadership dapat memiliki dampak positif pada warga, seperti:

1. Meningkatkan motivasi: warga masyarakat yang merasa dihargai dan didukung oleh pemimpin akan lebih termotivasi untuk bekerja keras.
2. Meningkatkan produktivitas: warga masyarakat yang merasa nyaman dan percaya diri akan lebih produktif dalam bekerja.
3. Meningkatkan kepuasan kerja: warga masyarakat yang merasa dihargai dan didukung oleh pemimin akan lebih puas dengan pekerjaannya.

Dalam keseluruhan, konsep Servant Leadership dari Robert K. Greenleaf dapat menjadi inspirasi bagi pemimpin untuk memprioritaskan kepentingan warga masyarakat dan membangun hubungan yang kuat dengan warga masyarakat.

Pemikiran Muhammad Yunus tentang Mikrofinansial
Satu lagi pemikir yang bisa menjadi acuan para kepala daerah terutama sangat relevan dengan ide Presiden Prabowo memberdayakan koperasi yaitu ide yang digagas oleh Muhammad Yunus. Ide Presiden Prabowo nampaknya sangat cocok dengan apa yang pernah digagas oleh Muhammad Yunus ini.

Muhammad Yunus adalah seorang ekonom Bangladesh yang dikenal karena konsep “mikrofinansial” yang bertujuan untuk membantu masyarakat miskin melalui pinjaman kecil. Berikut adalah beberapa poin penting tentang pemikiran Yunus tentang mikrofinansial:

Konsep Mikrofinansial

Yunus percaya bahwa masyarakat miskin memiliki potensi untuk meningkatkan kehidupan mereka sendiri jika mereka memiliki akses ke sumber daya keuangan yang memadai. Mikrofinansial adalah konsep yang menyediakan pinjaman kecil kepada masyarakat miskin untuk membantu mereka memulai atau mengembangkan usaha kecil.

Prinsip-prinsip Mikrofinansial

Yunus mengidentifikasi beberapa prinsip penting dalam mikrofinansial, seperti:

1. Aksesibilitas: Mikrofinansial harus dapat diakses oleh masyarakat miskin yang tidak memiliki akses ke lembaga keuangan formal.
2. Pinjaman kecil: Pinjaman yang diberikan harus kecil dan dapat dikelola oleh masyarakat miskin.
3. Suku bunga yang wajar: Suku bunga yang dikenakan harus wajar dan tidak memberatkan masyarakat miskin.
4. Pengembalian pinjaman: Masyarakat miskin harus didorong untuk mengembalikan pinjaman mereka sehingga mereka dapat meminjam lagi di masa depan.

Dampak Mikrofinansial


Yunus percaya bahwa mikrofinansial dapat memiliki dampak positif pada masyarakat miskin, seperti:

1. Meningkatkan pendapatan: Mikrofinansial dapat membantu masyarakat miskin meningkatkan pendapatan mereka melalui usaha kecil.
2. Meningkatkan kesejahteraan: Mikrofinansial dapat membantu masyarakat miskin meningkatkan kesejahteraan mereka melalui akses ke sumber daya keuangan.
3. Meningkatkan pemberdayaan: Mikrofinansial dapat membantu masyarakat miskin merasa lebih berdaya dan percaya diri untuk mengelola kehidupan mereka sendiri.

Grameen Bank

Yunus mendirikan Grameen Bank pada tahun 1976 untuk menyediakan mikrofinansial kepada masyarakat miskin di Bangladesh. Grameen Bank telah menjadi model bagi lembaga mikrofinansial lainnya di seluruh dunia dan telah membantu jutaan masyarakat miskin meningkatkan kehidupan mereka.

Advertisement

Tinggalkan Komentar