(Mengenang 5 tahun berpulangnya
Sapardu Djoko Damono)
puisi Hiro L.Rizal
Bukan hujan bulan Juni
tapi angin bulan Juli
yang membawa kabar pulangmu…
sejenak aku pun pulang
pada sekelindan masa silam
pada sebuah panggung
di Sesado Hokeng
pada Jumat Agung
yang sakral itu
kueja ‘Prologue’
DukaMu Abadi
DUKAMU ABADI
Prologue
Masih terdengar sampai di sini
dukaMu abadi. Malam pun sesaat terhenti
sewaktu dingin pun terdiam,
di luar langit yang membayang samar
Kueja setia, semua pun yang sempat tiba
sehabis menempuh ladang Qain dan bukit Golgota
sehabis menyekap beribu kata, di sini
di rongga-rongga yang mengecil ini
kusapa dukaMu jua, yang dahulu
yang meniupkan zarah ruang dan waktu
yang capai menyusun Huruf, dan terbaca:
sepi manusia, jelaga
*******
Hari ini
lima tahun sudah
kau berpulang
panggung itu
tertimbun debu vulkanilk
kubaca lagi
Prologue Dukamu Abadi
kutitip tanya:
abadikah duka kami
di kaki Gunung Lewotobi?
