Puisi Mustofa W Hasyim
Pada suatu hari
saya berada di Kanggotan Pleret Bantul
Ada masjid kuno dan makam kuno
yang damai
Saya tanya ke Juru Kunci
tentang teman sekolah dan guru guru SD dan sekolah menengah saya
Pak Juwari yang mengajari murid menabung di Kantor Pos
membuat kami berani mengirim surat dan menempel perangko di sudut amplop
ada pak Parnu yang memantapkan aku berlayar di lautan sastra
ada Pak Wasil yang mengajari lagu negeri hijau baladil hashid wa jannatul ghonna
ada Jamaluddin yang pemberani
ada mbak yang puisinya lembut menempel di majalah dinding
Kanggotan, desa tempat penasehat Sultan Agung dimakamkan
jejak sejarahnya sangat terasa.
Suatu hari saya ada di kampung Bodon Kotagede
tampat TK ABA. SDM dan sekolah menengahku berada
guru TK Bu Mardisiswoyo galak tapi penyayang anak anak
guru SD ada Pak Zamzuri suka ndongeng jenaka
mengajar lagu Muhammadun Basyar
Pak Zainuddin disiplin mengajar berhitung
Pak Wilarjo yang pendekar Tapak Suci
mengenalkan persahabatan dan kesetiakawanan
nengajari empat jurus dasar untuk diperagakan
saat pawai Nasakom
kami tampil percaya diri
Bu Bon SD ahli memijat dan mengurut anak bayi biar nyaman tidurnya.
Di sekolah menengah kami pesta ilmu
Aljabar diajarkan Pak Parman penuh tawa dan canda
Ilmu ukur Pak Sukidi mengulang rumus pembuktian segitiga sama kaki mirip mantera.
Pak Kasimun mengenalkan tembang Macapat yang indah
mingkar minkure akara
Bu Sutiyah yang manis dan cerah wajahnya
menuang ilmu sastra yang mengasyikkan ke dalam jiwa kami
Pak Parjan ahli menghidupkan adegan sejarah
Pak Kaji Nur Ali membuat kami lupa nakal dan mengamalkan hadis arbain
Pak Mukriyanto membuat kamj mengenal musik menyegarkan jiwa
Pak Kasiban. PAK Slamet Ahmad, Pak Mus membuat kami mencintai bahasa Arab dan bahasa Inggris sekaligus
Ada Pak Rubiyo mengajar perbandingan agama dan antropologi budaya
Kami punya guru gambar dan pekerjaan tangan, Pak Suharjo MS yang rendah hati dan pak Irfani yang pendekar Agung Budi Aji
Ada Pak Suhirman guru ilmu bumi suka menggambar dan menulis di papan menghabiskan kapur, rambut rapi tersisir
Pak Wahya ilmu hayat ngajarnya, buku karangan Frater Fiani pegangannya
Pak Cipto guru olahraga lulusan STO
Pak Marjuki guru adminirasi
Ada Bu Marfu’ah yang tegas mengajar tafsir suka dengan murid yang pandai dan bisa menghafal ayat suci
Ada pak Abdul Wahab mengajar mengaji dan jurnalistik dasar, di rumahnya kami diajari membuat buletin dengan cetak stensil
Ada Pak Jamhani, guru amat ramah yang di kemudian hari menjadi kepala sekolah
Ada guru akhlak, pak Asy’ari AR yang kemudian menjadi perwira Pusroh AD
Guru akhlak yang lain, Pak Yunus kemudian menjadi saudara
Aku lupa pada guru yang mengajar mahfudlot: safit tajid ‘iwadlon ‘an tufariquh yang membuat aku berani merantau ke Jakarta setelah patah hati bertubi tubi
Ada guru ilmu jiwa didaktik metodik dan mentor praktik mengajar
Lalu ada Pak Darojat mengajar Civic membuatku peka pada berita politik
Yang jelas ada Pak Sastro yang pak Bon toleran pada anak suka jajan ngebon karena sangunya mepet
Sekolah yang komunal ini membuat kami menjadi makhluk solider bukan makhluk soliter. sampai hari ini
Selain Kanggotan dan Bodon yang ngangeni, ada kampung Kauman Yogya tempatku kuliah di FIAD
Dosen dosenku lebih antik dan unik lagi. Aku jadi memburu pengantar ilmu ilmu memudahkan aku membuka rahasia kehidupan saat aku jadi wartawan dan penulis sastra.
Pada suatu hari aku mengenangmu
Pada suatu hari aku menuliskanmu
Pada suatu hari sejarah bukan hanya kata kata
sekaligus makna makna
melintasi semesta.
20 Agustus 2025
Puisi untuk para guru guruku.
Foto:animasididunia.blogspot.com