Oleh: Dr. Adian Husaini

Para pendiri bangsa Indonesia adalah manusia-manusia hebat yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Mereka tidak gentar menghadapi aneka serangan, tantangan, dan hinaan dari bangsa Barat yang datang menjajah. Lebih berat lagi, mereka harus berhadapan dengan sejumlah warga bangsa yang menjadi pendukung kaum penjajah.

Karena itulah, para pejuang kemerdekaan siap menghadapi berbagai serangan penjajah, dalam berbagai bentuk. Mereka siap perang, saat dijajah dengan kekuatan senjata. Mereka pun siap berperang dalam bentuk pemikiran dan pendidikan. Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan perjuangan yang sungguh-sungguh, Indonesia berhasil meraih kemerdekaan dan agama Islam tetap kokoh di Indonesia.

Manusia-manusia pejuang itulah sejatinya manusia seutuhnya. Manusia-manusia seperti itu harus terus dilahirkan dari lembaga-lembaga pendidikan kita. Konsep Pendidikan integral pernah digagas dan dipraktikkan oleh Mohammad Natsir di Lembaga Pendidikan yang didirikan dan dikelolanya, yaitu Pendis (Pendidikan Islam) dan Sekolah Tinggi Islam (STI).

Pada intinya, Pendidikan integral adalah pendidikan yang mengarahkan para muridnya untuk menjadi manusia yang baik, sesuai dengan tujuan penciptaannya, yaitu beribadah kepada Allah SWT. (QS adz-Dzariyat: 56). Menjadi hamba Allah (‘Abid) adalah kedudukan yang mulia. Jangan menjadi hamba manusia lain apalagi hamba nafsu dan setan!

Modal utama menjadi hamba Allah yang baik, adalah memiliki keyakinan dengan konsep dan lembaga kita sendiri. Dalam berbagai kesempatan, saya mengingatkan para santri dan mahasiswa, agar mereka memiliki rasa percaya diri dan bangga terhadap Lembaga Pendidikan Islam. Itulah yang ditekankan dan dicontohkan oleh Mohammad Natsir.

Rumus penting yang pernah disampaikan Muhammad Asad, dalam bukunya, Islam at The Crossroads: bahwa suatu peradaban tidak akan bertahan atau berkembang, jika peradaban itu kehilangan kebanggaan terhadap dirinya, dan terputus dari sejarahnya.

Percaya diri kepada Lembaga Pendidikan kita sendiri bukan berarti bersikap menutup mata terhadap kelemahan kita dan enggan mencontoh kelebihan lembaga lain. Justru, rasa percaya diri itu seharusnya memicu kerja keras untuk meraih keunggulan dan kebaikan dunia akhirat.

Orang mukmin dilarang berduka atau hidup dalam ketakutan, sebab mereka merupakan umat yang paling tinggi derajatnya, karena mereka beriman kepada Allah. (QS Ali Imran: 139). “Iman” itulah yang meninggikan derajat mereka. Bahkan dalam surat al-Bayyinah, kaum kafir disebut “syarrul bariyyah”. Orang mukmin disebut “khairul bariyyah”.

Dalam surat al-Maidah ayat 54, digambarkan ciri-ciri kaum yang unggul: mereka dicintai Allah dan mereka mencintai Allah, mengasihi sesama mukmin, bersikap “izzah” terhadap orang kafir, senantiasa berjihad di jalan Allah, dan tidak takut terhadap celaan orang-orang yang suka mencela. Itulah ciri-ciri para sahabat nabi.

Jadi, sudah saatnya kita memiliki rasa percaya diri terhadap konsep dan Lembaga Pendidikan yang mengutamakan pembentukan manusia seutuhnya, yakni insan beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia. Iman, taqwa, akhlak mulia itulah yang seharusnya menjadi indikator utama dalam menentukan ranking sekolah dan Perguruan Tinggi di Indonesia.

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya,” begitu pesan Rasulullah saw. Rasulullah saw diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Karena itu aneh, jika pembentukan akhlak mulia tidak dijadikan sebagai “Standar Kompetensi Lulusan” yang utama di suatu Pendidikan suatu Perguruan Tinggi Islam.

Oktober 2024, insyaAllah, Indonesia akan memiliki Presiden baru: Prabowo Subianto. Melalui berbagai pidatonya, kita memahami gagasan Prabowo untuk membangun Indonesia menjadi negara hebat dan kuat; bukan negara lemah yang bisa diperlakukan semau negara-negara kuat. Untuk itu disusunlah berbagai program pendidikan. Salah satunya adalah membangun beberapa sekolah dan universitas unggulan.

Hanya saja, patut dicatat, bahwa program-program itu akan mengalami kegagalan jika lembaga pendidikan kita gagal menghasilkan manusia-manusia seutuhnya. Dalam pandangan Islam, kampus terbaik– disamping mengutamakan penanaman nilai-nilai akhlak mulia–adalah kampus yang mendidik para mahasiswanya menjadi pejuang penegak kebenaran.

Kampus yang hebat adalah yang melahirkan manusia-manusia seutuhnya yang cinta agama dan bangsanya. Mereka siap berkorban untuk agama dan bangsanya. Mereka tidak egois dan materialis. Pemikiran dan jiwa mereka harus ditempa dengan semangat juang yang tinggi untuk menjadi manusia seutuhnya dan membangun masyarakat dan bangsanya agar menjadi bangsa terbaik.

Jika Prabowo Subianto mau programnya sukses, maka perlu melakukan “hijrah pemikiran” dalam memahami konsep dan lembaga pendidikan terbaik. Sudah saatnya, pemerintah memberikan kepercayaan kepada lembaga-lembaga pendidikan Islam untuk merumuskan dan menjalankan konsep pendidikan Islam seutuhnya.

Gunakan kriteria iman, taqwa, dan akhlak mulia sebagai indikator utama dalam menentukan ranking-ranking sekolah dan universitas! Sekolah dan kampus yang TIDAK menjadikan penanaman iman, taqwa, dan akhlak mulia sebagai tujuan utama pendidikannya, pastilah bukan lembaga pendidikan terbaik. Sejatinya, ini amanah konstitusi kita (pasal 31 ayat 3 UD 1945).

Di era dominasi intrenet dan kecerdasan buatan, perlu mendorong para orang tua agar memprioritaskan pendidikan anak-anak pada aspek pembentukan kepribadian yang tangguh. Hal ini tidak bisa dilakukan dengan kuliah sistem online. Harus ada pembinaan serius terhadap kepribadian mahasiswa. Dalam hal penanaman nilai-nilai perjuangan dan pembentukan kepribadian seorang muslim, harus ada interaksi intensif antara guru dan murid.

Setiap orang tua sepatutnya memiliki cita-cita dan mendidik anak-anaknya agar mereka menjadi manusia beradab, berakhlak mulia, dan menjadi pejuang penegak kebenaran, melanjutkan perjuangan para Nabi dan para ulama serta para pendiri bangsa Indonesia. Anak-anak adalah ujian dan amanah dari Allah. Itulah yang ditanamkan Luqman al-Hakim kepada anaknya (QS Luqman: 17), agar anaknya menjadi pejuang penegak amar ma’ruf nahi munkar.

Alah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, sudah mengutus Nabi Muhammad saw sebagai teladan kehidupan. Termasuk dalam menerapkan model pendidikan yang melahirkan generasi terbaik. Itulah generasi yang kuat dan aktif mengajak manusia ke jalan Allah; mendidik manusia menjadi manusia-manusia terbaik. (QS Fushilat: 33, an-Nahl: 125).

Semoga Allah, Tuhan Yang Maha Esa, memberikan bimbingan dan pertolongan kepada para pemimpin kita, sehingga dapat merumuskan dan melaksanakan model pendidikan nasional terbaik bagi umat dan bangsa kita. Amin.
Kans Jawara

Tinggalkan Komentar