Pelajar Kelas X SMAN 1 Malang
Reportase : Red

Pengantar :
Andi Palinrungi Fajar Pangestu, seorang siswa SMAN 1 Kota Malang, tak dinyana bisa membuat puisi-puisi memikat. Di usia belia itu, Palinrungi piawai menorehkan tinta emasnya menuliskan bait-bait puisi memikat. Tak ubahnya seperti puisi yang ditulis para penyair dewasa.

Alam memang tiada pernah bosan berkreasi dalam menciptakan para sastrawan (belia) berbakat macam Palinrungi. Redaksi memilihkan beberapa puisi Andi Palinrungi yang dirasa perlu dibaca oleh khalayak. Berharap ke depan, Andi Palinrungi terus saja menorehkan pena emas puisinya, dan jangan bosan. Hingga nanti mencapai taraf kematangan berpuisi seperti layaknya sastrawan senior.

Berikut beberapa puisi Andi Palinrungi :



1.Beranda

Matahari terbenam, saatnya pulang
Kembali ke pelukan bunda
Sang dewi dunia

Beranda nyaman, engkau rumah
Berjalan yang jauh
Di atas besi panas
Namun kau masih kuat

Beranda hangat, engkau rumah
Menyebrang melewati jembatan
Rapuh, lusuh, hancur
Namun kau masih tangguh

Pelita di kala gundah
Demi dunia, kusayangi engkau

2.Segitiga Lebih Berat Daripada Lingkaran

Diciptakan dua alam yang berbeda
Segitiga dan lingkaran yang merangkai
Terbentuk emas yang sama, namun berbeda
Segitiga lebih berat dari lingkaran

Ditakdirkan segitiga berkuasa
Pun juga, lingkaran dimuliakan
Namun banyak pembelokan
Segitiga berkuasa, dan dimuliakan
Lingkaran ditinggal dan dipermainkan

Tak seimbang namun begitu
Lingkaran hanya diam di rantai
Segitiga bisa pergi kemana saja
Berbeda nasib, walau sama asalnya

3.Tangan Surga


Cinta yang busuk, kau ranumkan
Hati yang sudah mati, kau hidupkan
Perasaan yang sudah hilang, kau bawa kembali

Begitu tanganmu turun dari surga
Seketika malam selalu terang
Dan semua orang merasa tenang

4.Usai


Perang telah usai, perang telah usai
Hancur lebur seluruh alam
Bumi sudah tak berbentuk
Sunggu kelam bak hari akhir

Dedaunan gugur, pepohon tumbang
Kini hanya penyesalan yang ada
Alam sudah rusak
Keindahanya pun sudah tiada

5.Serigala

Serigala yang kuat, katanya
Taringmu berjatuhan di sini
Terlihat tak pandai melindungi

Serigala yang tangguh, katanya
Kau tersesat dari sesama mu
Mereka sudah sampai tujuan
Lihat, bagaimana engkau
Masih sibuk mencari taring

Serigala yang bijaksana, katanya
Engkau lupa, bukan lagi pemimpin
Rakyat sudah berkata

6.Tanda Bahaya


Nyalakan tanda bahaya
Jaga jarak aman denganku
Aku berbahaya
Aku beracun

Suarakan tanda bahaya, yang kencang
Semua harus mendengar jeritan
Aku seorang perusak jiwa
Lari dariku, selamatkan diri

7.Tas Hitam Dijinjing

Lihatlah lemariku
Penuh tas kosong
Tak pernah berguna
Hanya menghias

Ambil tas hitam
Barangnya sudah siap
Semoga tidak ada yang melihat
Tidak ada yang menuga

Meledak menyisakan abu
Semoga abuku berbinar
Dan yang lain legam tak bersisa

8.Kutukan Cinta Gadis Merah

Semua yang kau cinta
Sirna ditelan hampa
Tak ada waktu untuk mengangis
Pikirkan, apa penyebabnya

Semua yang kau kasihi
Menghilang secara tragis
Cukup dengan kesengsaraanmu
Cari tau apa yang rancu

Apakah semua salahmu
Si gadis merah yang cemberut
Oh ya, semua salahmu
Karena kau gadis yang terkutuk

9.Penyusunan Neraka


Peluh asap yang kelam
Mereka yang beramal disalib
Mereka yang tersenyum dipenggal

Kobarkan api kekal
Kobarkan api kekal
Bakar semua yang bernafas

Oksigen dijual oleh serikat
Penyiksaan menjadi tontonan
Burung kayu bersiul
Penanda ledakan kesekian

Kita semua saling membantu
Menyusun neraka yang berkobar
Belum terkubur, namun sudah merasakan
Kehancuran dunia, terbakar habisss menjadi abu

10.Tuan Muda


Tuan muda cinta mencari berat
Biar aku yang memikul
Biar aku yang menahan
Semua tau, aku tau

Tuan muda sukar mendengar
Biar aku yang membela
Biar aku yang mengalah
Semua tau, aku tau

Tuan muda suka berjalan sendiri
Biar aku yang menemani
Biar aku yang membimbing
Semua tau, aku tau

11.Jebak

Hidup hanya perihal jebak menjebak
Apa yang munkar akan terjerat
Apa yang baik akan terapit

Tiap tiap yang bernafas
Akan selalu berusaha menjebak
Dan akan ada yang terjebak
Berputar terus sampai neraka padam

12.Inang


Racun racun
Menempel di badan
Aku sudah tak sanggup
Aku bukan inang

Virus virus
Yang perlahan melahap tubuh
Aku bukan inang
Jangan mendekat kepadaku

Mereka inang yang sesungguhnya
Rela menyewakan tubuh
Untuk mereka yang memburu

Namun tetap saja tak bertahan lama
Tunggu, mungkin delapan bulan
Seketika itupun mereka pecah
Berpencar mencari tempat baru

13. 2, 3, 4, 5, Tapi Tak Pernah 1

Seribu tahun sering kali
Beradu nasib diatas tanah
Mereka yang menjadi kedua
Atau mereka yang menjadi ketiga

Walau pada akhirnya selaras
Mereka tetap kukuh bertaruh
Tak pernah melihat hanya mendengar

Namun aku..
Bagaimana denganku
Beruntung saat menjadi kesekian kali
Karena pada dasarnya tak ada yang memilih

14. Pahatan Tuhan


Tiap raga dipahat tuhan
Yang indah, lengkap, istimewa
Semua dengan khasnya

Namun saja, sepertinya aku berlebih
Masih banyak titik yang belum tersentuh
Kucoba perbaiki dengan palu besi
Tetap tidak bekerja seperti semestinya

15. Pesan Untuk Lintang

Lintang, malam ini mau kemana?
Aku rindu merayakan dunia bersama
Iya, bersama hanya kita berdua
Bermanja bermesrah dibawah bulan

Apa yang kita pikirkan saat itu
Hingga membuat dunia tak berasa pilu
Walau sebenarnya jiwa sedikit membiru

Berbekal melupakan masa depan
Kita serahkan semua kepada semesta
Tak tau apa yang akan terjadi selanjutnya
Kau masih menginginkannya bukan?

16. Balada Penulis Labil


Keluh yang semakin keruh
Jangan bergerak seperti itu lagi
Jangan, jangan, sudah jangan
Sudahi naskah yang kau kerjakan

Kesah yang menjadi resah
Sesal memenuhi lubuk hati
Hati kecilku yang tak kuat menahan takut
Apa yang harus ku lakukan
Apa? Apa? Apa?

Jujur saja aku sudah tak ingin
Namun roh yang didalam memaksa
Aku sungguh tak ingin

17. Tik, Tok, Tik


Tik, tik, tik
Bom di tangan kehabisan detik
Akankah meledak mengenai titik?

Deras darah yang mengalir
Bagaimana memberikan akhir?
Ikatkan tali itu ke ujung arwah
Hingga titik surut sebuah berita

Serat serat yang kau buat tak ada gunanya
Kitab yang kau bakar menjadi abu
Berbentuk kembali menjadi lembaran baru

Kans Jawara