Yogyakarta, Kansnews.com – Sastra Bulan Purnama edisi 166 akan meluncurkan antologi puisi berjudul ‘Risalah Sunyi’, yang ditulis 100 penyair dari berbagai kota di Indonesia. Acara akan digelar, Sabtu, 26 Juli 2025, Pkl. 15.30 di Museum Sandi Jl. Faridan M Noto No.21, Kotabaru, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55224. Atau di utara Raminten dan Balai Bahasa Yogyakarta, atau sebelah barat SMA Stella Duce 1, Kotabaru, atau juga sebelah selatan ban-ban Gondolayu.
Dari 100 penyair, tidak semuanya bisa hadir, dan yang hadir belum tentu membacakan puisinya. Beberapa yang hadir dan akan membacakan puisi di antaranya ialah: Heru Mugiarso ( Semarang), Nia Samsihono, Husni Hamisi (Jakarta), Selsa, Nella Nur Murosokah (Temanggung), Heru Marwata, Asmariah, Afnan Malay, Mustowa W. Hasyim, Endah SR, Pril Huseno, Ika Zardi, Marwanto, Josep Yapi Taum (Yogyakarta). Selain dibacakan, ada puisi dilagukan karya Nunung Rieta, dilagukan Ido dan Rika. Puisi Umi Kulsum dibacakan Sri Surya Widati dengan iringan musik Olsy Vinoli Arnof.
“Saya akan membaca duet bersama Nella Nur Murosokhan, penyair dari Temanggung”, kata Joshua Igho, penyair yang sering menggubah puisi menjadi lagu.
Puisi ini menghimpun bulan kelahiran masing-masing penyair dari bulan Januari sampai Desember. Masing-masing penyair dimuat 2 atau 3 puisi karyanya. Yuliani Kumudaswari, biasanya setiap bulan di hari ulang tahunnya menerbitkan buku puisi untuk memaknai hari lahirnya. Kali ini, ia mengajak penyair dari berbagai kota di Indonesia, untuk menulis puisi merayakan ulang tahunnya sekaligus ulang tahun masing-masing penyair.
“Di hari ulang tahun, saya mengajak teman-teman penyair menulis puisi untuk memaknai hari ulang tahunnya sendiri, bukan hanya ulang tahun saya,” ujar Yuliani Kumudaswari.
Di bulan Juli, berbarengan dengan terbitnya buku puisi ‘Risalah Sunyi’, ada 6 penyair yang berulang tahun. Selain Yuliani Kumudaswari, Dedet Setiadi, Sulis Bambang, Yuli Purwati, Menur Ayati Adiwiyono dan Arnita. Usia penyair berbeda-beda. Ada yang berumur di atas 70 tahun, ada yang berusia di atas 60 tahun, dan ada yang dibawah 50 tahun, atau belum genap 40 tahun.
Para penyair datang dari kota berbeda, Jakarta, Bekasi, Bandung, Cilacap, Purbalingga, Purwokerta, Purworeja, Temanggung, Magelang, Yogya, Solo, Salatiga, Jombang, Sidoarjo, Madiun, Mojokerto, Surabaya, Malang, Madura, Tulungagung, Bali, Lampung, Maumere, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan.
Dalam buku ini, ada 2 judul puisi yang judulnya sama, yaitu ‘Risalah Sunyi’ karya Bayu Win dan Bambang Widiatmoko. Keduanya lahir di bulan berbeda, Bayu Win bulan Januari dan Bambang Widiatmoko, bulan Oktober. Dua judul puisi yang sama tersebut, karena bisa mewakili puisi lainnya, diambil sebagai judul buku puisi.
Ons Untoro, koordinator Sastra Bulan Purnama menyampaikan, melalui bulan kelahiran, kita semua hanya bisa mengenag ruang sunyi. Untuk mengenang pertemuan dengan dunia yang terang, seringkali kita menandai dengan lilin. Agar kita mengingat kembali ke ruang sunyi, lilin yang menyala itu kita tiup, agar cahanya mati, dan kita (seolah) kembali berada di ruang sunyi. Bukan dengan tangis seperti ketika lahir, melainkan dengan bernyanyi. Maka, menangis dan bernyanyi merupakan kegembiraan dua masa berbeda: kelahiran dan kenangan.
“Melalui buku puisi ‘Risalah Sunyi’ kita bersama mengenang ruang sunyi. Masa lalu yang tak bisa kita catat, namun dimasa kini, kita bisa mengubahnya menjadi puisi,” kata Ons Untoro.
Selain nama-nama disebut di atas beberapa penyair yang akan hadir dalam peluncuran bukus puisi ini, ialah: Ninuk Retno Raras, Savitri Danayanti, Menik Sithik, Dedet Setiadi, Sonia Prabowo. Ana Ratri, Latief Noor Rochman, Dalle Dalminto, Maria Widy, Margareth Widhy Pratiwi, Sasmitha Wulandari, Bartimeuz, Tosa Santosa, Helga Inneke Worotitjan, Herry Mardianto, Marjuddin, CS. Purwanti, Simon HT, Adri Darmadji Woko, Ngatinah, Fatma Dewi, Seruni, Sulis Bambang, Sutirman Eka Ardhana. (p17)