Pertama-tama perlu dijelaskan terlebih dahulu mengapa “mak bedunduk” (= sekonyong-konyong, ini istilah logika terbalik Srimulat sebagaimana yang pernah ditulis beberapa waktu lalu) banyak yang mendesak soal perlunya pemeriksaan Otak Fufufafa menggunakan Brain CT Scanner, di mana Alat ini bisa menunjukkan detail dari setiap organ tubuh untuk menghasilkan gambar yang lebih jelas dan tepat. Istilah lain untuk CT scan adalah CAT scan, di mana CT merupakan singkatan dari Computerized Tomography scan, sedangkan CAT scan merupakan singkatan dari Computed Axial Tomography scan.
Bagi saya pribadi alat Brain CT Scan ini bukanlah hal yang baru, karena kebetulan Almarhum Ayah dulu memiliki Rumah Sakit Psikiatri dan Neurologi “Puri Nirmala” di Jogja dan unit khususnya yang terletak di Babarsari memiliki alat ini semenjak 39 tahun lalu, tepatnya diresmikan hari Senin 14 Januari 1985 oleh Wakil Gubernur DIY saat itu, KGPAA Paku Alam VIII. Brain CT Scanner di RS Puri Nirmala unit Babarsari ini harus diakui merupakan pionir di Jogja bahkan di seputar Jateng-DIY saat itu karena Rumah sakit ternama lainnya di DIY (Panti Rapih, Bethesda, Sardjito, PKU Muhammadiyah, belum ada JIH atau RSA, dsb) waktu itu belum memiliki alat canggih tersebut.
Di sisi lain Almarhum selaku Profesor Doktor di bidang Psikiatri dan Neurologi zaman itu kerap memberikan Seminar dan Presentasi dalam bidangnya dan kebetulan saya yang membantu membuatkan materi presentasinya. Jangan dibayangkan menggunakan komputer, karena tahun-tahun tersebut masih harus digunakan materi berupa Silde (Positif Fotografi, yang menggunakan Kamera Analog dan harus diproses di Laboratorium Cuci khusus Slide), Lembaran Plastik khusus Presentasi, istilahnya dulu OHP / Over Heat Projector yang harus ditulisi menggunakan Spidol khusus bahkan menggunakan Letra-set atau yang lebih dikenal dengan istilah RuGos (Huruf Gosok).
Dengan demikian ilmu kesehatan inilah yang mendorong untuk saya menyelesaikan studi lanjut di bidang S2 Kesehatan (Magister Kesehatan / M.Kes) bidang Promosi dan Kesehatan Masyarakat (Public Health) di Universitas Gadjah Mada (UGM Asli) agar ilmu-ilmu kesehatan bisa disosialisasikan lebih baik ke masyarakat. Sekali lagi kata “Asli UGM” ini lagi-lagi perlu ditegaskan karena saat ini masih saja belum jelas ada seorang “Lulusan UGM (?)” yang dipertanyakan keaslian Ijazahnya, bahkan sampai harus disidangkan berkali-kali dan itupun tidak kunjung selesai kejelasannya hingga kini. “Penyakit” Ijazah Palsu ini bahkan konon menular juga sampai ke keturunannya alias anak-anaknya, Terwelu.
Kembali kepada soal perlunya Pemeriksaan Brain CT scan terhadap Otak Fufufafa yang ditengarai telah mengalami kerusakan menurut Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel baru-baru ini, sesuai dengan statemen Psikolog Elly Risman, merujuk penelitian Dr Donald Hilton Jr, dokter ahli bedah syaraf dari Amerika Serikat. Di mana kerusakan otak akibat pornografi bisa sama dengan kerusakan otak yang diakibatkan kecelakaan berkendara. Kerusakan otak yang disebabkan pornografi merusak lima bagian otak (bagian lobus Frontal, gyrus Insula, Nucleus Accumbens Putamen, Cingulated dan Cerebellum) yang berperan di dalam kontrol perilaku yang menimbulkan perbuatan berulang – ulang terhadap pemuasan seksual.
Menurut Elly yang juga Ketua Yayasan Kita dan Buah Hati ini, kerusakan otak akibat pornografi sulit untuk dideteksi dengan cara-cara konvensional. Oleh karena itu dibutuhkan alat yang canggih untuk dapat menegakkan kembali kerusakan struktural otak di lima tempat vital, yakni Brain CT Scanner. Di sinilah sebenarnya fungsi keluarga sebagai penyadar bisa melarang anak-anaknya menonton pornografi yang makin marak di media internet, game online, komik serta handphone berkamera. Larangan tersebut tentu akan mempersempit untuk melihat atau membuat video yang asusila. Namun apa jadinya apabila keluarga abai atau membiarkan keluarganya hanya bermain PS (PlayStation) dan membaca komik saja, sebagaimana wawancara Najwa Shihab beberapa waktu lalu? Ambyar.
Karena dapat merusak lima bagian otak terutama Lobus Frontal yang tepat berada di belakang dahi. Kerusakan fungsi otak tersebut mengakibatkan penurunan kemampuan belajar dan pengambilan keputusan yang menjadi keunggulan manusia sebagai agen perubahan transformasi sosial. inilah yang dikhawatirkan oleh Reza Indragiri bilamana Fufufafa setelah ditest mengalami hal tersebut dan dipercaya mengemudikan kendaraan, meski hanya sebagai Co-Driver, karena bila sewaktu-waktu terjadi “sesuatu” pada Drivernya, maka mau-tak mau suka-tak suka maka Co-Driver-lah yang bertanggungjawab mengemudikan kendaraan tersebut/(Catatan: Kendaraan ini bisa diartikan sebagai Negara).
Secara lebih detail lagi soal bagian-bagian otak di atas, PFC atau Pre frontal cortex merupakan bagian otak yang terletak di belakang dahi yang memiliki fungsi untuk mengatur mengenai pemahaman, logika, konsentrasi, perencanaan, dan sikap kritis seseorang dalam menanggapi suatu hal. Dan jika terjadi kerusakan pada PFC atau kerusakan korteks otak akan berisiko menyebabkan gejala sisa dan mengakibatkan ketidakmampuan atau penurunan nalar manusia. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya jika benar Fufufafa mengalami kerusakan PFC tersebut? Bahaya besar bagi dirinya dan sialnya lagi bagi Indonesia.
Kecanduan pornografi sebagaimana yang dialami oleh Fufufafa memang dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan fisik, mental dan sosial sesoerang terutama jika dilakukan berlebihan. Disebutkan dalam sebuah penelitian, bahwa seseorang yang sering menonton pornografi memiliki resiko terjadinya atrofi atau penciutan atau pengecilan otak depan. Di mana nantinya kondisi ini dapat memicu timbulnya keadaan yang disebut dengan frontal lobe syndrome yang menimbulkan keluhan berupa perubahan sikap misalnya terjadi perilaku impulsif, perilaku kompulsif, mood swing, sulit berkonsentrasi dan menjadi sulit ketika akan mengambil keputusan.
Kesimpulannya, kerusakan pada sel-sel saraf di otak ini biasanya bersifat permanen dan akan suliit untuk pulih kembali seperti awal. Begitupun dengan atrofi atau pengecilan atau penciutan pada otak tentu tidak dapat kembali dengan normal dan dapat menimbulkan kelaianan yang permanen. Jika keluhan tersebut terjadi maka perlu Psikiater atau Dokter ahli jiwa untuk penanganan lebih lanjut karena hal kecanduan pornografi seperti yang dialami oleh Fufufafa ini memang banyak memberikan dampak buruk bagi Indonesia di masa depan. At last but not least, Pemeriksaan Brain CT Scan untuk Fufufafa yang terbukti kecanduan Pornografi akibat postingan-postingan mesum dan kampungannya di KasKus masa lalu, bahkan terakhir juga ditemukan di FormSpring sudah sangat mendesak …
)* Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes – Pemerhati Telematika, Multimedia, AI dan OCB Independen – Jakarta, 21 September 2024