Karya : Pril Huseno
Selepas Idul Fitri. Ada dosa dan khilaf yang luruh, jatuh ke bumi. Ada kelahiran baru nan fitri. Bau harum bayi baru lahir menguar ke udara. Segera menyesaki ruang-ruang hampa silaturrahim, hablumminannaas..
Ada taubat dititipkan ke singgasana Ilahi rabbi. Berharap tegaknya benteng kuat Imani diri dari segala bujuk rayu setan-iblis penggoda. Ya, Manusia tempat paling lemah dari khilaf dan salah. Dia dhoif dan papa. Karena lemahnya, tak sampai hitungan menit bisa merubah warna langit dari biru ke hitam, atau dari hijau ke merah.
Satu bulan selepas Idul Fitri, seruling senja bertabur memenuhi jagad kahuripan. Mendayu-dayu menggetar sukma dan dada orang-orang. Ada satuan, puluhan dan ribuan lagi dosa kecil dan dosa besar barangkali membuncah dalam sepi.
Semua berharap Idul Fitri abadi. Ramadhan abadi. Agar tidak lagi jerit sepi khilaf dan salah diam-diam menusuk kanan kiri.
Mengapa manusia hanya dibekali selembar tipis iman dan sanubari?
Tidak lain tidak bukan itulah esensi amanah. Khalifatul fil Ardh, bumi dipijak tempat menyemai dosa kemudian setelah alam surgawi-Adami. Hanya mereka yang patuh, tetap eling lan waspada dan memakai akal wal kalbu sempurna dapat selamat. Tiada hendak mau dijajah kenikmatan semu para penggoda duniawi. Lupa akhirat.
Satu bulan selepas Idul Fitri. Masih riuh ucapan handai taulan sanak saudara. Melepas rindu, melepas maaf sesama. Peluk cium kangen kisanak jauh kisanak dekat. Datangi datuk dan ninik mamak sembah sepuluh jari diajukan. Berharap berkat berharap ampunan dari para tetua. Bekal jalani hidup ke depan yang dikawal doa dan restu.
Satu bulan selepas Idul Fitri, aku masih rindu pagi harinya yang hangat, bau kembang sedap malam ditingkahi setaman bunga tetumbuhan ranum.
Satu bulan selepas Idul Fitri…
Yogya, 04 Mei 2024