Puisi Slamet Widodo


Anak bangsa bertanya kejujuran.
Melupakan tindakan kepalsuan.
Menindas atas nama kebangsawanan.
Di depan penyair jalanan.

Jika syairnya menyusun gambaran.
Di antara bara api dan embun kehidupan.
Sesungguhnya kehakekatan tak bisa disembunyikan.
Ledakan demi ledakan bersusulan.

Tinta merah noktah hati.
Di oplos pun nodai nurani.
Di tuang sulit di manipulasi.
Pena zaman kan jadi saksi.

Aksi tarian pena.
Mulai sakral puja.
Melalui jendela jendela ulah manusia.
Sentuh labirin labirin noda cela nista.

Sebotol tinta merah logika.
Memerahkan telaga jelata.
Sita menyita sandra menyandra.
Sementara hukum di balik ketek pengusaha.

Wahai raja kertas.
Rakyat berbekal lugas.
Penjilat berjiwa culas.
Aturan dan dapuran ada batas.

Wahai sang Garuda.
Sumpah di dada mencengkram bhineka.
Cabik cabik tikus tikur werog negara.
Sekalian selesaikan centeng calo anak bangsa.

Wahai bapak bangsa.
Kami cemas melampaui asa.
Gelap mata tangis tawa.
Kami rindu nagara kertagama.

Wahai ibu nagari.
Sosialitamu menimpa amanah suci.
Cerita bijak berganti puluhan aplikasi.
Kau biarkan kami mencari jati diri.

Jikalau peradaban dunia merenggut keperawanan suku pedalaman.
Andaikan teknologi tanpa batas menghanyutkan generasi impian.
Sekiranya dahaga kalian menjelma keserakahan.
Maka jangan salahkan alam dan jangan salahkan Tuhan

Jumat, 21032025
KG, Yk

Advertisement

Tinggalkan Komentar