Puisi Mustofa W Hasyim

Tak pernah ditaklukkan
jiwanya
Tak pernah menyerah
semangatnya
Tak pernah kalah
hanya mengalah
Dewasa sebagai ksatria Jawa
malu kalau harus bernafsu
menyerang de Kock
yang kerdil dan kekanak kanakan
yang mencurangi keluhuran kata
Pangeran merasa tidak seimbang kalau harus membunuh de Kock yang khianat
“Biarlah dia terpenjara oleh kehinaan sebagai penjajah. Aku memilih merdeka akan memberondong negeri Belanda dengan kata kata bermakna. Menghanguskan masa depan mereka
dengan penyesalan yang tiada putusnya,” katanya dalam perjalanan naik kapal menuju Menado.
Dalam perjalanan naik kapal menuju Makasar, Pangeran berkata,”Akan kubuktikan bahwa di abad mendatang manusia merdeka Nusantara akan menang. Penjajah dari Eropa terusir kembali bahkan mereka akan dijajah oleh bangsa Eropa dalam sebuah perang dunia.”
Dalam beteng yang dia jadikan goa pertapaan yang tenang, Pangeran Diponegoro menyelesaikan Babad Diponegoro yang kebenaran isinya tidak bisa dibantah satu katapun oleh penjajah itu.
Kata kata yang menjadi pusaka tidak bisa ditaklukkan
Kata kata yang menjadi pusaka tidak bisa dipenjara oleh ruang dan waktu
Kata kata yang menjadi pusaka
menyapu bersih noda sejarah bangsa yang ditorehkan dan direkayasa oleh penjahat semesta bernama penjajah yang hilang martabat dan rasa malunya.
Setelah Babad itu dia tulis, Pangeran Jawa yang pernah dijuluki Khalifaturrasul ini berbisik kepada dirinya dan kepada dunia,” Dadia wong merdika, dadia wong merdika, dadia wong kang tansah merdika!”
“Jadilah manusia merdeka!”
“Jadilah manusia merdeka!”
“Jadilah manusia yang senantiasa menjaga kemerdekaannya!”
“Memerdekakan anak cucu!”
“Memerdekakan tanah air!”
“Memerdekaan masa depan dan hari ini
dari ide, gagasan, jaringan dan tipuan para penjajah baik berasal dari barat atau dari timur sekalipun!”
Pangeran Diponegoro rela dimakamkan di Kampung Melayu Makassar, jauh dari bumi kelahirannya, dia merasa Makassar juga bumi kelahirannya, Nusantara.
Ketika jasadnya telah dimakamkan, kata kata yang berbaris menjadi balatentara kebenaran dalam Babad Diponegoro tetap hidup dan bergerak memasuki zaman
dan kesadaran bangsanya
sampai dua ratus tahun lebih
mengembara dalam ruang dan waktu peradaban dunia
mengalahkan para penjajah yang kemudian bangkrut masa depannya
Dengan kata kata sejati yang suci Pangeran Diponegoro memenangkan pertempuran dan perang menegakkan kemanusiaan yang adil dan beradab
Pangeran Diponegoro selalu tersenyum pada para peziarah yang memahami dan meneruskan perjuangannya.


2025

*) puisi mengenang indahnya berziarah pada saat di awal tahun 2000an saya diidzinkan Tuhan berziarah ke makam beliau di Makassar

Advertisement

Tinggalkan Komentar