Catatan bola Marlin Dinamikanto

“Awal dua legenda,” tulis Mounir Nasraoui, ayah sang bayi, pada caption foto saat Lionel Messi memandikan sang buah hati di sebuah bak mandi warna biru pada sekitar November 2007. Setelah itu disebutkan Messi menggendong sang bayi. Apakah air yang digunakan air suci dan Messi membawa tangan Kristus, atau setidaknya Yohanes Sang Pembaptis?

Jarak antara klenik dan spiritual mungkin setipis kulit ari-ari. Believe or Not, semesta akan terus bekerja menemukan sosok-sosok penting yang bukan hanya dilahirkan sebagai Sang Pembeda, melainkan sosok langka yang membalikkan keadaan. Gelap menjadi terang. Jadi tidak perlu meratapi kegelapan, atau secara sembunyi melemparkan bara dari kegelapan ke jerami kering yang siap terbakar. Karena semua akan dilalap api. Menjadi arang dan debu.

Kala itu Lionel Messi masih berumur 20 tahun. Talenta La Messia itu baru saja membawa Barcelona juara La Liga (2005-2006) dan Liga Champion (2006). Sedangkan bayi yang dimandikan dan lalu digendongnya itu adalah Lamine Yamal, fenomena baru pesepak bola terkini yang di usianya 17 tahun lebih 1 hari mampu membawa Spanyol juara Eropa.

Kejadian yang diinisiasi UNICEF itu menjadi event yang ikonik dalam sejarah sepakbola dunia. Messi sang pemenang 8 trofi Ballon de’Orr serta 45 trofi mayor, terbanyak di dunia, meskipun catatan goalnya masih kalah dengan Christiano Ronaldo, disebut-sebut sebagai the Greatest of all time (GOAT), pemain sepakbola terbaik sepanjang masa.

Bayangkan saja, selama 14 musim berkarir di tim utama Barcelona, Messi yang hingga kini masih aktif sebagai pemain sepakbola profesional telah mempersembahkan 4 titel juara Liga Champions, 10 kali juara La Liga, 7 kali Copa Del Rey, 8 kali Piala Super Spanyol, 3 kali Super Eropa, 3 kali Piala Dunia Antar Klub.

Messi bersama antara lain Iniesta dan Xavi juga dua kali membawa FC Barcelona meraih Trebel Winner. Satu pemain lagi Samuel Eto’o juga meraih 2 Trebel Winner, namun di 2 klub berbeda: FC Barcelona dan Intermilan. Ada pun Christiano Ronaldo yang dianggap sebagai pesaing utama belum pernah sekalipun membawa klubnya meraih Trebel Winner.

Untuk negaranya Argentina, Messi juga meraih Piala Dunia dan Piala Copa America. Pencapaian La Pulga (Sang Kutu), begitu dia biasa dijuluki, diyakini oleh banyak kalangan sulit disaingi siapa pun pesepakbola dunia hingga beberapa tahun ke depan. Christiano Ronaldo? Dia hanya menang jumlah gol. Hingga usianya ke-40, meskipun masih aktif, tapi baru sekali membawa Portugal juara Eropa. Kalah komplit dibandingkan Messi, baik performa teknik maupun prestasi.

Tidak semua pesepakbola kelas dunia memiliki skill individu, kecerdasan mengambil keputusan di lapangan dan mengangkat performa tim secara keseluruhan seperti Messi. Bakat yang dimilikinya adalah alami, karunia dari semesta alam yang membuatnya bertahta di jagad sepakbola. Dalam pewayangan Jawa, Lionel Messi laksana mendapatkan Wahyu Makutha Rama sehingga dia terpilih menjadi rajanya sepakbola. Julukan the Greatest of all time tampak wajar baginya.

Dalam pandangan saya, Messi itu GOAT hingga saat ini. Ke depannya mungkin bakalan muncul GOAT-GOAT yang lain. Setelah Messi lalu siapa? Publik sepakbola, bahkan saat Messi masih usia dua puluhan tahun sudah meramalkan lahirnya the next Messi. Ada dari Kroasia, Bulgaria, Iran, Turki, dan lainnya. Tapi semua gagal karena sepakbola bukan semata sirkus atau atraksi dribble bola.

Di FC Barcelona sendiri Borjan Krkic yang moncer di usia remaja disebut-sebut sebagai the Next Messi. Ternyata seperti halnya Ansu Fatti yang bahkan mewarisi kostum nomer 10 milik Messi layu sebelum berkembang. Semesta memang belum berkehendak merestui keduanya bertahta di jagad sepakbola. Pulung, wahyu atau apa pun namanya masih dalam genggaman Messi yang selalu gagal direbut Christiano Ronaldo.

Meminjam istilah tagar Indonesia Gelap yang viral baru-baru ini, Barcelona kala itu memang benar-benar gelap. Sebagai mana disebutkan sejumlah media, era kepemimpinan Presiden Bartomeu memang salah urus dan diindikasikan korup. Hutang menumpuk hingga Rp25 triliun. Ada larangan yang mengharuskannya patuh pada financial fair play. Akibatnya fatal. Jangankan membeli pemain bintang. Mempertahankan Messi agar tetap di Camp Nou pun tak bisa.

Di tengah kegelapan terpercik semburat cahaya yang lahir dari La Mesia. Itu pun diwarnai drama yang membuat geregetan para Cules di seluruh dunia. Ansu Fatti yang moncer mendadak tenggelam akibat hantaman cedera. Ilaix Moriba yang belum-belum keluarganya minta gaji tinggi sehingga langsung terjungkal dari squad. Beruntung di tengah rezim transisi dari Bartomeu ke Laporta, FC Barcelona sukses merekrut Pedri, pemain 17 tahun asal Las Palmas yang kini di usianya ke-20 disebut-sebut sebagai gelandang terbaik dunia.

Ada pula Pablo Gavira alias Gavi yang mainnya ngotot dan sangat disukai oleh pelatih Xavi Hernandez. Karena memang Gavi yang setelah umur 18 tahun langsung diberikan kontrak jangka panjang dan disertai rilis pelepasan yang nyaris mustahil dibayarkan oleh klub-klub peminat, disebut-sebut sebagai pemain yang dapat memberikan perbedaan di starting eleven.

Di tengah keterbatasan itu, Barcelona yang hanya mampu membeli Robert Lewandowski dan Rapinha, serta mendatangkan pemain gratisan seperti Andreas Christiansen, selama dua setengah musim dilatih Xavi Hernandez mampu mempersembahkan satu trofi La Liga (2022 – 2023) dan satu trofi Super Spanyol (2023). Sejak dilatih Xavi itu, Lamine Yamal, kelahiran yang pernah dimandikan Messi menjalani debut pada 29 April 2023 di usia 15 tahun 9 bulan 15 hari.

Bukan hanya Lamine Yamal. Xavi Hernandez juga menghadirkan Pau Cubarsi, remaja 17 tahun, dari La Masia. Sejak debutnya pada Januari 2024, Pau Cubarsi menjelma bek tengah tangguh tak tergantikan. Selain itu Alejandro Balde, full back kiri yang lincah pengganti sepadan Jordi Alba yang mengikuti jejak Messi di Intermiami. Namun tiki-taka Xavi dianggap jadul dan oleh karenanya digantikan Hansi Flick yang lebih direct ke depan dengan intensitas dan pressing-press yang membuat lawan gelagapan.

Di tangan Hansi Flick, Rapinha yang sebelumnya dianggap pembelian gagal tampil moncer, Lewandowski kembali garang meskipun pada Desember 2024 sempat redup, Pedri menjelma gelandang tengah terbaik dunia, Frenky de Jong kembali hebat, Mark Bernal sempat meroket di awal musim yang tidak lama setelah itu cedera, Marc Cassado yang tangguh mengisi double pivot bersama Pedri dalam skema 1-4-2-3-1, dipulangkannya Dani Olmo jebolan La Masia dari RB Leipzig, moncernya duet Cubarsi Inigo Martinez, ditopang dua bek sayap Julius Konde dan Alejandro Balde. Belum lagi senjata rahasia Ferran Tores yang kerap mengatasi kebuntuan dan Fermin Lopez yang acap kali mencetak gol dalam situasi yang tidak terduga.

Di luar itu semua, hadirnya bocah ajaib yang ketika bayi pernah dimandikan dan digendong Lionel Messi tentu saja menjadi faktor penting kebangkitan FC Barcelona. Adakah wahyu atau pulung yang melekat dalam diri Messi diam-diam telah berpindah ke bocah imigran keturunan Maroko – Guinea Khatulistiwa itu. Entahlah.
.
Namun penanda ke arah itu sudah terlihat saat remaja kelahiran 13 Juli 2007 itu mampu membawa Spanyol juara Eropa 2024 yang lalu. Dari tujuh pertandingan hanya sekali tidak tampil sebagai starter setelah dipastikan Spanyol juara grup. Di event akbar itu sejumlah rekor dipecahkan sang bocah ajaib: penampil, pemberi assist dan pencetak gol termuda dan banyak lagi. Tidak mengherankan apabila Lamine Yamal dianugerahi Golden Boy, Kopa Trophy 2024 dan FifProWorld XI 2024.

Bahkan Messi di usianya tidak mampu membawa negaranya juara Copa America. Wajar pula apabila Lamine Yamal menyandang gelar pemain sepakbola usia remaja terbaik sepanjang massa. Karena gaya permainan Yamal acap kali secara tidak diduga memberikan umpan-umpan kunci yang berbuah kemenangan. Di musim ini saja Yamal sudah mengemas 13 gol dan 17 assist di semua kompetisi, dan tak terhitung lagi umpan-umpan kunci yang membuat lawan kelimpungan.

Yamal bukan hanya pembeda. Melainkan juga mampu membalikkan keadaan. Real Madrid, Atletico Madrid, Benfica, telah merasakan pahitnya kena comeback yang menyakitkan. Bayangkan saja Benfica yang unggul 4 – 2 bisa dibalikkan menjadi 4-5. Begitu juga Atletico Madrid yang unggul 2-0 hingga menit 70 bisa dihancurkan dengan skor 2-4. Peran Yamal begitu krusial saat Barcelona mampu membuat hal yang seolah-olah tidak mungkin menjadi mungkin.

Hingga catatan ini ditulis, Barcelona berada di klasemen sementara teratas La Liga, delapan besar Liga Champion dan semifinal Copa del Rey. Kalau ketiga piala bisa direbut, atau setidaknya Liga Champion dan La Liga bisa dibawa ke Camp Nou, mungkin Rapinha (dulu di era Messi Ronaldinho) lebih pantas menyabet Ballon de’Orr. Sedangkan di tahun-tahun berikutnya Yamal mungkin akan menangkan lebih banyak lagi Ballon de’Orr, bersaing dengan Kylian Mbappe, Pedri Gonzales, Jude Bellingham, Vinicius Junior atau Jamal Musiala.

Apa pun itu, penanda tuah Messi menjangkit ke bayi yang dimandikannya, mungkin sudah menjadi kehendak semesta, remaja yang hobi berkacamata dan joget-joget itu, kata orang Jawa, ketiban pulungnya Messi, atau dengan kata lain Wahyu Makutha Messi. Karena Lamine Yamal sejauh ini terbukti mampu membalikkan keadaan dalam jagat sepakbola Eropa.

Pertanyaannya, kapan Indonesia melahirkan tokoh yang mampu membalikkan keadaan di jagat apa pun, khususnya pengelolaan negara yang terlihat kocar-kacir belakangan ini? Kita tunggu saja kehendak semesta.

foto: Kompasiana

Advertisement

Tinggalkan Komentar